ukhuwah

All posts tagged ukhuwah

Tim Muda 2018-2021

Published November 26, 2021 by Hawa

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.. selesai sudah cerita bersama tim 2018 di 2021 ini… perpisahan tak terelakkan karena saya harus tugas belajar ke padang. tetap semangat ya ukhtifillah… sehat2 semua ya… tetaplah dalam lingkaran kebajikan.. semoga Allah SWT menjaga kita semua.. aamiin yaa rabbal ‘aalamiin…

UKHUWAH ITU TIADA TERBAYAR

Published Januari 27, 2010 by Hawa

ukhuwah
Seorang ukhti, sebut saja ukhti “N” mendekatiku seraya berkata, “kak, kak… ana (saya) ketemu film dokumenter, waktu ngenet, baguuusss banget kak… ceritanya tentang perjalanan sebuah lembaga dakwah kampus yang diwarnai kekuatan ukhuwah di dalamnya, mereka menggambarkan kekuatan iman mereka, ketaqwaan mereka dalam indahnya acara-acara yang berhasil diangkatkan nyaris tanpa cela… dengan kekuatan ukhuwah………..”
Ukhti ‘N’ dengan semangatnya memperlihatkan hasil temuannya dari dunia maya tersebut… “bagus kan kak…!” serunya.

“Hmm… ya… bukan hanya bagus, tapi luar biasa…”sahutku
Sepetik ulasan mengenai perjuangan para pendahulu berdirinya lembaga dakwah tersebut dalam menegakkan kalimatullah di kampusnya. Memperjuangkan nilai-nilai Islam. Menjunjung tinggi keistiqomahan. Membudayakan senyum, salam, sapa, sopan dan santun dalam setiap perjumpaan maupun perpisahan mereka. Membiasakan disiplin dalam pertemuan-pertemuannya, mencerminkan keta’atan pada Qiyadahnya dan amanah kepada jundiyah….. semua itu bergulir bersama sang waktu, menyisakan jejak-jejak kenangan yang mengharu biru. Menelisik ke ruang terdalam dari kalbu, mengguratkan rasa rindu… “kapankah bisa terulang lagi…???”

Ukhtiy ‘N’ menambahkan “kalaulah para aktivis yang hari ini menjabat sebagai pengurus, melihat kenangan indah dalam film ini, pastilah dapat membangkitkan semangat mereka kembali untuk mewarnai kampus dengan warna islam, seindah-indahnya. Ana yakin, tidak semua dari mereka pernah menonton tayangan ini…”
Terlihat nada sesal dari ungkapannya… secara, lembaga dakwah yang sedang kami bicarakan saat ini adalah lembaga yang dulunya terkenal dengan eksistensinya sebagai lembaga dakwah kampus terkemuka dan disegani, dikarenakan kesolidan internal dan gebyarnya acara-acara yang pernah mereka angkatkan. Dan kini, terjadi penurunan ghirah (semangat) dan kekeringan makna… acara-acara yang ada sekarang seolah-olah “acara asal jadi” atau “daripada gak ada acara” atau “acara tak ber-ruh”.

Banyak yang mengeluhkan kendornya ukhuwah antar kader dakwah sebagai pencetus terjadinya hal ini. Apakah benar demikian? Wallahu a’lam. Cobalah untuk bertanya pada hati masing-masing. Yang jelas, Dakwah kampus bukanlah tempat permainan yang dapat dengan gampang kita masuki dan semudah itu pula dapat kita tinggalkan.
Jalannya panjang, pengikutnya sedikit, waktunya lama… hingga usia kita berakhir sekalipun, belum mencukupi usia dakwah itu sendiri. Dan dakwah tidak bisa hanya diusung segelintir orang. Ia butuh banyak orang. Sebagaimana Rasulullah merekrut kader dakwah dalam jumlah yang sangat banyak.

”di jalan ini kita memang saling membutuhkan. Dan di jalan ini kita satu sama lain memerlukan orang yang bisa memberikan keberanian dan mengusir ketakutan karena kesendirian. Jika dalam perjalanan duniawi, Rasulullah memerintahkan kita untuk memiliki teman, jelas perjalanan akhirat lebih perlu lagi. Kita lebih membutuhkan teman dalam bekerja di jalan Allah. Orang yang menyendiri dalam melakukan amal-amal ini, akan ditemani syaithan. Perhatikanlah sabda Rasulullah SAW, ”satu orang pengendara adalah syaitan, dua syaitan, dan tiga orang pengendara baru disebut pengendara yang banyak. (H.R Malik, Abu Daud dan Turmudzi).
Maksud kalimat ’pengendara yang banyak’ adalah karena jumlah yang banyak semakin meminimkan penguasaan syaitan atas mereka Dalam hadis lain disebutkan, ”Barangsiapa di antara kalian yang ingin menikmati taman surga hendaklah ia berjama’ah. Karena syaitan itu bersama orang-orang yang sendiri, dan ia akan menjauh dari dua orang”. (H.R Ahmad Turmudzi dan Hakim)”. Sehingga, Fudhail bin Iyadh rahimahullah mengatakan, ”siapa yang ingin bersaudara yang tidak memiliki aib, tanpa kekurangan, ia takkan memiliki saudara. Bahkan Abu Darda radhiallahu anhu mengatakan, ”kata-kata keras dan kasar dari seorang saudara itu masih lebih baik daripada engkau kehilangan seorang saudara.” (Muhammad Nursani, Berjuang di dunia berharap pertemuan di surga, Bab 5)

Baiklah, sekarang timbul pertanyaan. Mengapa para pejuang dakwah kampus periode sebelum kita, sangat gencar dakwah kampusnya? Mengapa ketika amanah itu diestafetkan pada kita, tidak banyak yang bisa kita berikan… bukankah tidak ada perbedaan antara kita dan mereka? Yang beda hanyalah waktunya, mereka dulu, kita sekarang………
Apa yang salah dengan pengkaderan? Bukankah dakwah fardiyah terus saja berjalan sampai saat ini? Atau ada yang salah dengan syi’arnya? Apa yang salah?

Begitu banyak pertanyaan di benak kita, benarkah ini semua memang sudah sunnatullah?
Tidak…tidak… Mari hapuskan pandangan seperti ini. Allah telah berjanji memenangkan Islam. Janji Allah pasti benar. Tidak ada keraguan tentang itu. Namun masalahnya, maukah kita ambil bagian dalam kemenangan itu?
Kemudian, timbul lagi pertanyaan baru, Apakah kemenangan itu akan bisa diwujudkan dengan kondisi ”penurunan” seperti saat ini?
Tidak…sekali lagi tidak… singa-singa islam harus dibangunkan dari tidur panjangnya. Ruhul-ruhul jadid harus segera dipompa ke permukaan. Dan untuk itu, memang diperlukan ilmu untuk membina ukhuwah yang baik. Perlu kesabaran dalam kebersamaan.

Syaikh Ar Rasyid dalam buku Darul Muntholaq menuliskan ”masing-masing kita harus bersabar bersama orang-orang seperjalanan, yakni ”shabr ala aqran”. Sabar dari kekasaran, sabar dari kesalahpahaman, sabar dari keburukan dalam berbagai bentuknya yang dilakukan oleh teman seperjalanan. Karena manusia tak pernah lepas dari kekeliruan dan kekhilafan…
Dan nilai ukhuwah itu takkan pernah dapat terbayar dengan apapun. Karena balasannya adalah surga Allah. Dengarkanlah hadis berikut ”Dimana orang-orang yang saling mencintai karena KeagunganKu? Hari ini Aku naungi mereka dengan naunganKu” (H.R Muslim).
Wallahu a’lam.