dakwah kampus

All posts tagged dakwah kampus

Tim Muda 2018-2021

Published November 26, 2021 by Hawa

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.. selesai sudah cerita bersama tim 2018 di 2021 ini… perpisahan tak terelakkan karena saya harus tugas belajar ke padang. tetap semangat ya ukhtifillah… sehat2 semua ya… tetaplah dalam lingkaran kebajikan.. semoga Allah SWT menjaga kita semua.. aamiin yaa rabbal ‘aalamiin…

Panggilan Akhwat VS Akhwat Panggilan

Published Maret 10, 2011 by Hawa

Panggilan Akhwat VS Akhwat Panggilan

Cermin I

A: eh, dia akhwat bukan sih?
B: emang kenapa?
A: nggak papa sie…cuma, koq gak pernah ikutan kajian dan ta’lim di masjid ya? Di acaranya SKI juga gak keliatan? Di kegiatan-kegiatannya LDK juga ga pernah nongol..
B: mungkin amanahnya di tempat lain. Kan, ada amanah ortu, belajar!
A: tapi, hijabnya koq longgar banget ya? Gak cuma ke ikhwan, ke temen-temen cowoknya juga..
B: biarpun begitu, dia tetap aja akhwat. Buktinya, dia pake jilbab lebar, baju longgar, manset, kaos kaki…
A: tapi dia bisa mencoreng citra baik jilbaber yang selama ini sudah dibangun akhwat-akhwat yang lain
B: udah deh, pokoknya dia tu akhwat. Titik!
A: ya iyyaalaah…masa ikhwan?!

Cermin II

Surabaya hari ini panas sekali. Nisa baru saja tiba di kontrakannya sehabis menyebarkan proposal kegiatan yang akan diselenggaran LDK-nya bulan depan. Fyyuuh…keliling-keliling Surabaya di tengah hari siang bolong begini bukan hal yang mudah. Istirahat dulu ah, batinnya. Belum sempat ia memejamkan mata, Sony Ericsson K608i-nya sudah menjerit-jerit minta diangkat. “Ukhti_Lila” tulisan di layar ponselnya.
“Assalamu’alaykum warahmatullah..” sapanya.
“Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh. Ukh, ana minta tolong ya..ane gak bisa ngisi mentoring di SMA hari ini. Mendadak dosen minta jam kuliah dimajukan, ane giliran presentasi nih…anti bisa kan gantiin ane ngisi mentoring, adek-adek dah nunggu dari tadi, plis ya ukh..afwan jiddan nih, dadakan”, suara orang di seberang sana dengan nada memelas.
“Ga papa, ane ngerti koq. insyaAlloh, ana segera ke sana. Anti fokus ma presentasi anti aja ya..”
“Jazakillah khaira ukhti. Titip adek-adek ya…Wassalamu’alaykum..”
“‘Wa’alaykumsalam warahmatullah..”
Ia kenakan kembali kaos kaki yang baru dilepasnya. Tiba-tiba ia dikagetkan dengan ponselnya yang lagi-lagi berderit. Kali ini sebuah pesan diterima, akh_hafidz.
“Assalamu’alaykum wr.wb..af1, RALAT: Syuro koordinasi acara SKI jurusan dimajukan hari ini, ba’da ashar. Bagi semua panitia, dimohon kesediaannya untuk hadir. Syukron! Ketupel.”
“Kalo gitu, habis mentoring langsung ke masjid aja..”, ucapnya pada diri sendiri. Nisa pun segera bergegas keluar rumah, belum sempat ia membuka pintu, tiba-tiba ada suara memanggilnya..
“Mbak Nisa, jangan lupa ya ntar malem, ba’da maghrib, ada syuro kontrakan. Biasalah..evaluasi semua sie, agenda Depag macet nih, keuangan juga menipis, kayaknya bulan ini kita nambah jatah deh, tagihan listrik ma telpon bengkak”, adu Wiwin, adek kelas satu tingkat di bawahnya yang juga satu rumah dengannya. Maklum, Nisa juga seorang mas’ul di kontrakan.
“Ya, insyaAlloh dek, mbak akan segera pulang. Nanti kalo mba telat, dihandle dulu ya..tapi mbak usahakan on time. Okey? Mba berangkat dulu ya, mau mentoring sekalian syuro SKI. Assalamu’alaykum…”
‘Wa’alaykumsalam warahmatullah…hati-hati ya mbak…”

Hmm.. Dua cermin di atas mungkin pernah kita temui, atau bahkan cerminan diri kita sendiri. Cermin pertama mengajak kita untuk melihat sosok akhwat yang berpenampilan serba akhwat, dipanggil akhwat, tapi ‘kurang’ mencerminkan sikap dan karakter seorang akhowat (ngerti kan sosok ‘akhwat’ yang ane maksud di sini?). Nah kalo di cermin kedua, kita diajak berkaca pada akhwat yang aktivis. Ada wujud amaly (kerja nyata) di sana. Bagaimana seorang akhwat dapat mengatur waktunya, tawazun pada semua amanahnya, bersegera menyambut seruanNya, dan yang terpenting, bisa menjaga keistiqomahan dan keikhlasannya. Dua-duanya sama-sama akhwat, tapi berbeda tipe. (Ah, pembaca pasti lebih paham dan sudah cukup pandai menilai sendiri).
Ukhti, kita harus siap menjadi akhwat “panggilan”, istilah panggilan di sini tentunya bukan sembarang panggilan, tapi panggilan Alloh SWT, panggilan da’wah, panggilan jihad, dan semua panggilan menuju pintu kebaikan. Di balik jilbab lebar dan baju longgar, seorang akhwat punya tugas besar! Ada amanah Alloh ‘Azza wa Jalla yang juga wajib kita (kaum hawa) emban. Ya, dakwah! Buktikan kalo kita benar-benar seorang akhwat! Akhwat yang benar-benar akhwat! Akhwat yang da’iyah! Akhwat juga milik umat sekaligus pelayan bagi mereka.

Akhwat, jangan hanya cukup berlindung di balik jilbab lebarmu!
Jangan pernah puas dengan bersembunyi di belakang jubahmu!
Tunjukkan bahwa kau adalah akhwat sejati dambaan ummat! Sambut seruanNya dengan semangat dan tekad kuat. Bukankah tujuanmu adalah Negeri akhirat?!
Kau kah itu yang mendamba menjadi bidadari syurga? Maka berlelah-lelahlah sekarang, bersakit-sakitlah saat ini, karena kenikmatan yang abadi, insyaAlloh akan kita rasakan di jannahNya nanti…amin!

So, gimana ukhti? Siap jadi akhwat panggilan? Atau, Anti hanya bangga dengan panggilan akhwat?

“Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya” (Al-Mu’minun: 61)

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa” (Al-‘Imran: 133)

Keep fighting, ukh! Allohu Akbarr!!!!

Sumber:
dikirim oleh seorang uni ke email saya beberapa hari yang lalu… mdh2n penulis yang sebenarnya ridho tulisannya di posting di sini. aaamiiin…!!!

“Kembali Menjemput Bola, Membentuk Kader”

Published Februari 15, 2010 by Hawa


Sekali lagi, kita dihadapkan pada masalah yang sama…
PENGKADERAN.

sebuah kata yang mudah diucapkan, namun sulit direalisasikan.
SULIT TAPI MUNGKIN……..

kita sudah mengalaminya berulang-ulang, berarti seharusnya kita sudah dapat mengambil pelajaran dan hikmah serta trik untuk mengatasinya bila terjadi hal yang serupa di kemudian hari….

tetapi kenapa, di saat masalah itu datang lagi, kita malah lupa, gamang, bingung, bimbang… padahal masalahnya itu-itu juga…. “Pengkaderan”

benarkah kata “kita” ini tepat digunakan?
mari, silahkan artikan sendiri, siapa yang dimaksud dengan “kita”…

“kita” yang berada dalam jama’ah dakwah. “kita” yang tidak selamanya berada di kampus. “kita” yang bergerak bersama memikirkan dengan amat serius amanah dakwah di kampus kita.

mengutip perkataan ustad Bachtiar, “antum boleh saja buat masalah, tapi masalahnya yang baru, biar bisa diambil hikmahnya oleh saudara-saudara seperjuangan antum yang berada di penjuru nusantara, bahkan dunia. jangan mengulang masalah yang itu-itu saja. kalau hanya masalah itu-itu saja, seharusnya tidak lagi menjadi masalah, sebab telah diketahui cara pemecahannya.”

saudaraku, ikhwan akhwat dimana saja berada,
hari ini, dakwah kita tidak cukup hanya “Bil Lisan”, ia juga harus disertai “dakwah bil hal (keteladanan)”, agar kader yang tumbuh itu tidak hanya bertahan beberapa hari saja, atau beberapa bulan saja, atau beberapa tahun saja selama ia di kampus. hendaknya, seorang kader mampu mempertahankan semangat dakwahnya sepanjang hayatnya. tak peduli, sejak kapan ia menerima hidayah, tak peduli sejak kapan ia mulai tersibghah dengan islam, sebab, satu hal yang mesti menjadi kepedulian kita, yakni, bukan “sejak kapan”, melainkan “sampai kapan”.

penurunan kader, baik secara kuantitas maupun kualitas semoga menjadi suatu moment introspeksi bagi kita semua. bahwa hari ini, mungkin saja, kita turut berperan dalam proses penurunan itu. mengkin saja, kitalah sumber penurunan itu, disebabkan kita yang kurang amanah, atau mungkin kita yang kurang serius menyikapi amanah dakwah ini.

DAKWAH INI AKAN MENANG, WALAU TANPA KITA. DAKWAH INI TETAP AKAN JAYA MESKI TANPA KITA. DAKWAH INI TETAP AKAN BERKIBAR MESKI TANPA KITA. KARENA ALLAH SENANTIASA AKAN MENJAGANYA. DAN ALLAH AKAN MENGGANTI GENERASI-GENERASI YANG LEMAH ITU DENGAN GENERASI-GENERASI YANG LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA.
YAKNI, MEREKA YANG DICINTAI ALLAH, DAN MEREKAPUN MENCINTAI ALLAH, YANG LEMAH LEMBUT KEPADA SESAMA MUSLIM DAN KERAS KEPADA KAUM KAFIR, DAN MEREKA TIDAK TAKUT KEPADA CELAAN ORANG-ORANG YANG SUKA MENCELA.

NAMUN, MASALAHNYA MAUKAH KITA MENJADI GENERASI-GENERASI YANG TERGANTIKAN?
MALANG SEKALI KALAU BEGITU….

SEBALIKNYA, MAUKAH KITA BERKONTRIBUSI DALAM KEMENANGAN DAKWAH INI?
ITULAH TUJUAN YANG MULIA BAGI PARA PERINDU SURGA.

KEMBALI MENJEMPUT BOLA, MENCETAK KADER…
Tidak sesederhana kedengarannya. namun hal ini adalah suatu kemestian. alangkah ruginya membiarkan dakwah melaju tanpa kita. alangkah egoisnya merelakan kemenangan dakwah tanpa ada peran kita di dalamnya. kalau begitu, bagaimana lagi? nasi telah menjadi bubur. keadaan telah terlanjur parah. kader benar-benar minim.
tapi ikhwah, bukankah bubur masih bisa diolah? menjadi bubur ayam misalnya, malah lebih enak kan?
begitu pula kondisi yang seperti ini. walau kader telah minim, bukan berarti tidak mungkin diupgrade lagi.

memang, tidak bisa langsung. semua butuh proses. maka proses yang baik, perlu perencanaan yang baik pula. semoga tidak ada lagi yang berkata, “afwan, mungkin ini salah ana, yang tidak bisa memaksimalkan kerja ana dalam pengkaderan beberapa tahun kepengurusan ana”…
tidak,,, sekali lagi tidak. ini bukan tanggung jawab satu orang. ini tanggung jawab bersama. berarti ini juga kesalahan bersama. dan MARILAH MEMPERBAIKINYA SECARA BERSAMA-SAMA PULA.

Marilah berjuang, mewarnai kampus dengan warna-warna islam. semaksimal yang kita bisa… “dan sampai tak ada lagi fitnah, dan kebaikan semuanya milik Allah”

Wallahu a’lam